Gambar : AGUS SUSANTO
Bidan desa berperan penting dalam peningkatan kesehatan reproduksi perempuan dan kesehatan anak. Keberadaan bidan desa seperti Ros di kawasan Baduy Luar, Kanekes, Lebak, Banten, tergantung dari inisiatif pemda.
Lebih dari 1 juta ibu dan bayi yang baru dilahirkan meninggal setiap tahunnya akibat komplikasi saat kelahiran. Kondisi ini terjadi akibat masih minimnya tenaga bidan di hampir seluruh negara berkembang di dunia.
Laporan terbaru dari Save the Children, yang disiarkan Jumat (1/4/2011), menyatakan, di negara-negara tertinggal tercatat lebih dari separuh ibu melahirkan tanpa bantuan orang yang terlatih, dan sebanyak 2 juta perempuan harus menghadapi proses persalinan tanpa bantuan siapa pun.
Dalam laporan berjudul "Missing Midwives" itu disebutkan, sebanyak 1.000 ibu dan 2.000 bayi yang baru dilahirkan meninggal setiap hari akibat kondisi tersebut. Sebanyak 350.000 tenaga profesional terlatih diperlukan untuk menyelamatkan nyawa mereka.
"Sebenarnya tidak rumit. Seseorang yang mengetahui cara mengeringkan bayi secara benar dan menggosok punggungnya untuk membantunya bernapas dapat membuat perbedaan antara hidup dan mati. Tak boleh ada ibu yang melahirkan tanpa bantuan," kata Direktur Eksekutif Save the Children Justin Forsyth.
Dari 8 juta anak yang meninggal setiap tahun sebelum berusia lima tahun, satu di antara 10 anak tersebut tak bisa bertahan hidup hingga satu hari. Menurut laporan Save the Children, bidan yang cuma menjalani pelatihan prosedur kelahiran selama delapan bulan, termasuk membuat bayi tetap hangat dan memberinya makan, dapat menekan angka kematian bayi hingga lebih dari 30 persen di 68 negara yang menghadapi mortalitas tertinggi.
Sejarah menunjukkan, kematian dapat dihindari. Perdana Menteri Inggris David Cameron telah menyoroti bagaimana penerapan program kebidanan nasional di Inggris pada 1930-an menekan angka kematian ibu hingga 80 persen dalam waktu 15 tahun.
Laporan itu juga mengingatkan bahwa masalah minimnya bidan bukan hanya membutuhkan dana pendidikan dan sekolah pelatihan. Bekerja sebagai bidan bukanlah profesi menarik di banyak daerah. Meski tuntutannya tinggi, bidan di negara-negara berkembang sering kali mendapat bayaran kecil tetapi bekerja terlalu berat, atau harus bekerja di daerah terpencil bahkan berbahaya.
Sementara itu, negara kaya sering menarik tenaga kesehatan dari negara yang lebih miskin–baik melalui perekrutan aktif maupun tidak–sehingga di saat banyak perempuan sangat membutuhkan malah kekurangan bidan.
"Tanpa itu, ibu dan bayi akan terus meninggal setiap hari. Padahal, itu tak perlu terjadi," kata Save the Children.
Laporan terbaru dari Save the Children, yang disiarkan Jumat (1/4/2011), menyatakan, di negara-negara tertinggal tercatat lebih dari separuh ibu melahirkan tanpa bantuan orang yang terlatih, dan sebanyak 2 juta perempuan harus menghadapi proses persalinan tanpa bantuan siapa pun.
Dalam laporan berjudul "Missing Midwives" itu disebutkan, sebanyak 1.000 ibu dan 2.000 bayi yang baru dilahirkan meninggal setiap hari akibat kondisi tersebut. Sebanyak 350.000 tenaga profesional terlatih diperlukan untuk menyelamatkan nyawa mereka.
"Sebenarnya tidak rumit. Seseorang yang mengetahui cara mengeringkan bayi secara benar dan menggosok punggungnya untuk membantunya bernapas dapat membuat perbedaan antara hidup dan mati. Tak boleh ada ibu yang melahirkan tanpa bantuan," kata Direktur Eksekutif Save the Children Justin Forsyth.
Dari 8 juta anak yang meninggal setiap tahun sebelum berusia lima tahun, satu di antara 10 anak tersebut tak bisa bertahan hidup hingga satu hari. Menurut laporan Save the Children, bidan yang cuma menjalani pelatihan prosedur kelahiran selama delapan bulan, termasuk membuat bayi tetap hangat dan memberinya makan, dapat menekan angka kematian bayi hingga lebih dari 30 persen di 68 negara yang menghadapi mortalitas tertinggi.
Sejarah menunjukkan, kematian dapat dihindari. Perdana Menteri Inggris David Cameron telah menyoroti bagaimana penerapan program kebidanan nasional di Inggris pada 1930-an menekan angka kematian ibu hingga 80 persen dalam waktu 15 tahun.
Laporan itu juga mengingatkan bahwa masalah minimnya bidan bukan hanya membutuhkan dana pendidikan dan sekolah pelatihan. Bekerja sebagai bidan bukanlah profesi menarik di banyak daerah. Meski tuntutannya tinggi, bidan di negara-negara berkembang sering kali mendapat bayaran kecil tetapi bekerja terlalu berat, atau harus bekerja di daerah terpencil bahkan berbahaya.
Sementara itu, negara kaya sering menarik tenaga kesehatan dari negara yang lebih miskin–baik melalui perekrutan aktif maupun tidak–sehingga di saat banyak perempuan sangat membutuhkan malah kekurangan bidan.
"Tanpa itu, ibu dan bayi akan terus meninggal setiap hari. Padahal, itu tak perlu terjadi," kata Save the Children.
0 komentar:
Post a Comment