Editor: Heru Margianto
Minggu, 6 Maret 2011 | 12:23 WIB
Dibaca: 10679
Komentar: 9
AP Seorang pemberontak Libya menenteng senjata AK-47 saat ia berjalan dekat kendaraan tempur pasukan pro Moammar Khadafi di kota Brega, Rabu (2/3/2011)
Sabtu (5/3/2011), kelompok hak asasi manusia Human Rights Solidarity yang berpusat di Jenewa dan mempekerjakan sejumlah warga Libya di pengasingan mengemukakan kepada Reuters melalui telepon satu tim yang terdiri dari "delapan personil pasukan khusus" ditahan pemberontak.
Kementerian Pertahanan maupun Kementerian Luar negeri berulang-ulang menolak memberi komentar mengenai laporan kelompok itu.
Menurut Times, intervensi pasukan khusus SAS di Libya tampaknya membuat marah para tokoh oposisi Libya. Mereka khawatir, bukti adanya intervensi internasional akan digunakan pemimpin Libya Moamar Khadafi untuk menggalang dukungan patriotik dalam menghadapi pemberontakan.
Mengutip sumber-sumber Libya, Sunday Times mengatakan, pasukan khusus itu dibawa oleh pemberontak ke Benghazi, kota terbesar kedua Libya dan pusat pemberontakan. Mereka ditahan di satu pangkalan militer.
Kantor berita AFP memberitakan, Perdana Menteri Inggris David Cameron, Selasa pekan lalu mengatakan, negara-negara Barat harus meningkatkan kontak dengan pihak oposisi Libya untuk memperoleh pengertian lebih luas tentang niat-niat mereka.
0 komentar:
Post a Comment